Selasa, 29 Mei 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INTOKSIKASI INSEKTISIDA




  1. Pengertian.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama yang merugikan manusia.Termasuk peptisida ini adalah insektisida. Ada 2 macam insektisuda yang paling benyak digunakan dalam pertanian :
1.      Insektisida hidrokarbon khorin ( IHK=Chlorinated Hydrocarbon )
2.      Isektida fosfat organic ( IFO =Organo Phosphatase  insectisida )
          Yang paling sering digunakan adalah  IFO yang pemakaiannya terus menerus meningkat. Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya adalah  Tabun dan Sarin. Bahan ini dapat menembusi kulit yang normal (intact) juga dapaat diserap diparu dan saluran makanan,namun tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti golongan IHK.
            Macam-macam IFO adalah malathion ( Tolly ) Paraathion,diazinon,Basudin,Paraoxon dan lain-lain. IFO ada 2 macam adalah IFO Murni dan golongan carbamate.Salah satu contoh gol.carbamate adalah baygon.

  1. Patogenesis.
IFO bekerja  dengan cara menghabat ( inaktivasi ) enzim asetikolinesterase  tubuh ( KhE).Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid( AKH ) dengan jalan mengikat Akh –KhE yang bersifat inaktif.Bila konsentrasi  racun lebih tinggi dengan ikatan IFO- KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi  penumpukan Akh ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejal;a ransangan Akh yang berlebihan ,yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP )
Pada keracunan IFO ,ikatan Ikatan IFO – KhE bersifat menetap (ireversibel ) ,sedangkan keracunan carbamate  ikatan ini bersifat sementara (reversible ).Secara farmakologis efek Akh  dapat dibagi 3 golongan :
1.      Muskarini,terutama pada saluran pencernaan,kelenjar ludah dan keringat,pupil,bronkus dan jantung.
2.      Nikotinik,terutama pada otot-otot skeletal,bola mata,lidah,kelopak mata dan otot pernafasan.
3.      SSP, menimbulkan nyeri kepala,perubahan emosi,kejang-kejang(Konvulsi ) sampai koma.       
  1. Gambaran Klinik.
Yang paling menonjol adalah kelainan visus,hiperaktifitas kelenjar ludah,keringat  dan ggn saluran pencernaan,serta kesukaran bernafas.
Gejala ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah,rasa takut, tremor pada lidah,kelopak mata,pupil miosis.
Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, hipersaliva, hiperhidrosis,fasikulasi otot dan bradikardi.
Keracunan berat  : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif ,sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi,koma, blokade jantung akhirnya meningal.

  1. Pemeriksaan.
1.      Laboratorik.
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun sekian %  dari harga normal ).
Kercunan akut :    Ringan             :   40  -  70 %
                              Sedang                        :   20  -  40 %
                              Berat               :   <  20 %
      Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25  -  50 % setiap individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar KhE telah meningkat  > 75 % N
2.      Patologi Anatomi ( PA ).
Pada keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas.sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi paru,otak dan organ-oragan lainnya.

  1. Penatalaksanaan.
1.      Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 % kec.  15-  20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
2.      Eliminasi.
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac  15  -  30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
Katarsis,( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut  dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
                 
3.      Anti dotum.
Atropin sulfat ( SA )  bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan.
a.       Mula-mula diberikan bolus IV  1  -  2,5 mg
b.      Dilanjutkan dengan  0,5 – 1 mg setiap 5  -  10  -  15  menitsamapi timbulk gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c.       Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 -  60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d.      Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.

ASUHAN KEPERAWATAN.

A.                Pengkajian.
Pengkajian difokusakan padfa masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung,status kesadran.
Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

B.                                                                                                                 Masalah keperawatan. Yang mungkin timbul adalah :
·         Tidak efektifnya pola nafas
·         Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh.
·         Gangguan kesadaran
·         Tidak efektifnya koping individu.

C.           Intervensi.
·         Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yan meliputi resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan kerammas rambut.
·         Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam  yaitu pemberian SA.
·         Perawatan suportif; meliputi mempertahankan  agar pasien tidak samapi demamatau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.Monitir vital sign setiap 15 menit untuk bebrapa jam dan laporkan  perubahan segera kepada dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri abdomen serta monotor semua muntah  akan adanya darah. Observasi fese dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter.
·         Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa diperlukan.
·         Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan safety precautions . Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian,reaksi depresi,psikosis .neurosis, mental retardasi dan lain-lain.

SUMBER.

Emerton, D M ( 1989 ) Principle And Practise Of nursing , University   of Quennsland Press, Australia.

Departemen kesehatan RI, ( 2000 ) Resusitasi jantung, paru otak Bantuan hidup lanjut ( Advanced Life Support ) Jakarta.

La/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr.Soetomo Surabaya,( 1994 ) Pedoman Diagnosis dan Terapi, Surabaya.

Phipps , ect,  ( 1999 ) Medikal Surgical Nursing : Consept dan Clinical Pratise, Mosby Year Book, Toronto.

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA



A.    Pengertian
Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari 50 mg/%.
Populasi yang memiliki resiko tinggi mengalami hipoglikemi adalah:
-          Diabetes melitus
-          Parenteral nutrition
-          Sepsis
-          Enteral feeding
-          Corticosteroid therapi
-          Bayi dengan ibu dengan diabetik
-          Bayi dengan  kecil masa kehamilan
-          Bayi dengan ibu yang ketergantungan narkotika
-          Luka bakar
-          Kanker pankreas
-          Penyakit Addison’s
-          Hiperfungsi kelenjar adrenal
-          Penyakit hati

Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
-          Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun normal yang mengalami kerusakan  sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.

-           Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.

-          Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus  sehingga terjadi peningkatan metabolisme  yang memerlukan banyak cadangan glikogen.

-          Berulang  ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme insulin terganggu.

B.     Patofiologi

















HIPOGLIKEMIA
 









Intra uterin malnutrisi
 


Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
 













 







































Text Box: Potensial komplikasi s.e kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi



Daya tahan turun
 








Text Box: Resiko infeksi





Text Box: Potensial terjadi hipotermi
 

















C.     Fokus Pengkajian
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1.      Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.

2.      Riwayat :
-          ANC
-          Perinatal
-          Post natal
-          Imunisasi
-          Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
-          Pemakaian parenteral nutrition
-          Sepsis
-          Enteral feeding
-          Pemakaian Corticosteroid therapi
-          Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
-          Kanker

3.      Data fokus
   Data Subyektif:
-          Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
-          Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
-          Rasa lapar (bayi sering nangis)
-          Nyeri kepala
-          Sering menguap
-          Irritabel

Data obyektif:
-          Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
-          Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
-          Plasma glukosa < 50 gr/%


D.    Diagnose dan Rencana Keperawatan

1.      Resiko  komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi

Rencana tindakan:
-          Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
-          Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
-          Monitor vital sign
-          Monitor kesadaran
-          Monitor  tanda gugup, irritabilitas
-          Lakukan pemberian susu manis  peroral 20 cc X 12
-          Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
-          Cek BB setiap hari
-          Cek tanda-tanda infeksi
-          Hindari terjadinya hipotermi
-          Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 %  IV
-          Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit

2.      Resiko  terjadi infeksi berhubungan dengan  penurunan daya tahan tubuh
Rencana tindakan:
-          Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum dan setelah tindakan
-          Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi dalam keadaan bersih atau steril
-          Cegah kontak dengan petugas atau pihak lain yang menderita infeksi saluran nafas.
-          Perhatikan kondisi feces bayi
-          Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik aseptik.
-          Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
-          Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL secara teratur.

3.      Resiko  Ggn Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan  peningkatan pengeluaran keringat
-          Cek intake dan output
-          Berikan cairan  sesuai dengan  kebutuhan bayi /kg BB/24 jam
-          Cek turgor kulit bayi
-          Kaji intoleransi minum bayi
-          Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI

4.      Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan  hipoglikemi pada otot
-          Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari
-          Lakukan fisiotherapi
-          Ganti pakaian bayi secara teratur dan atau jika kotor dan basah.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis,  Lippincott , New York
Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London
Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak,  EGC, Jakarta
Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta.
Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia